الجمعة، 25 فبراير 2011

DIMANAKAH WANITA SHOLICHAH BERADA?

mar'tussholichah
Keberadaan mar'atush sholihah atau wanita salehah dapat diibaratkan laksana permata yang paling baik mutunya di sisi manusia. Selain sedikit jumlahnya, permata tersebut juga sangat mahal harganya. Karenanya, kita tidak akan mendapatkan permata2 yang demikian ada di sembarang tempat. Hanya orang2 tertentu yang memilikinya dan hanya orang2 tententu saja yang diperkenankan untuk melihat atau mengenakannya. Pada kenyataannya, permata yang demikian lebih sering disimpan daripada dipamerkan. Sebagaimana permata tadi, wanita salehah lebih banyak dimiliki oleh orang2 yang telah mengusahakannya. Selebihnya adalah karunia Allah (swt) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Wanita salehah bukanlah produk instan. Wanita salehah adalah hasil tempaan yang berterusan sejak dari buaian orangtuanya hingga kepada perlakuan suaminya. Derajat kesalehannya tidak dinilai dari pendidikannya, penampilannya, aktivitas sosialnya atau hal2 yang seumpama dengan itu di mata masyarakat, tetapi lebih dinilai dari tingkat keridhoan suaminya.

Orang Jawa menyebut 'wanita' untuk mengungkapkan penghargaan mereka kepada istri (atau calon istri) salehah. Wanita adalah orang yang 'wani ditata' atau berani diatur oleh orang lain (suaminya). Akan tetapi tidak seorangpun yang rela ditata oleh orang lain selain mereka yang memiliki sifat rendah hati, pasrah dan taat. Oleh karena itu, siapa saja dari kalangan perempuan yang memiliki sifat tersebut dan jauh dari sifat pengatur dan pembangkang, maka dia layak disebut 'wanita'. Dan apabila ketaatan wanita tersebut ada dalam batasan2 syariat agama, maka sebutan yang paling baik baginya adalah wanita salehah. Dengan cara fikir seperti ini, kita akan dapat memahami bahwa wanita salehah tidak ada kaitannya dengan madzhab, fikrah atau harakah tertentu. Dan dengan batasan seperti ini pula, kita akan mengetahui bahwa wanita salehah adalah istri yang rendah hati, pasrah dan taat kepada suaminya, setara dengan ketaatan suaminya kepada Allah dan rasul-Nya, tidak peduli dari madzhab, fikrah atau harakah apapun suaminya berasal.

Wallohu a'lam

الخميس، 24 فبراير 2011

Renungan ku

Ya Allah...
RENUNGANKU Sudahkah aku bertnya pada diri ku. Sudahkah aku berbuat baik hari ini? Sudahkah hari ini aku melaksanakan sholat? Sudahkah hari ini aku tidak lalai melakukan sholat lima waktu, yang mana aku udah tau bahwa sholat itu adalah kewajiban bagiku? Sudahkah hari ini aku melaksanakan sholat sunnah rowatib dan sholat sunnah yang lainnya? Sudahkah hari aku melakukan perintah Alloh dan meninggalkan semua yang dilarangan-Nya? Sudahkah hari ini aku tidak menyakiti, mengecewakan, dan meresahkan orang lain? Sudahkah hari ini aku membahagiakan orang tua, kakak, adik dan semua keluargaku, sudahkah aku tidak mengecewakan mereka? Sudahkah hari ini aku membaca, mempelajari dan mengkaji kitab suci Al-qur’an dan hadist-hadist Rosululloh? Sudahkah hari ini aku muthola’ah dan mengulang semua pelajaranku? Sudahkah hari ini aku meninggkalkan maksiat? Sudahkah hari ini aku meninggalkan ghibah? Sudahkah hari ini aku menjaga lidah dan mulut dari makanan haram dan perkataan yang jelek ? Sudahkah hari ini aku menjaga telingaku dari mendengar perkara yang datangnya dari syaiton? Sudahkah hari ini aku menjaga mataku dari melihat sesuatu yang tidak diridloi Alloh? Sudahkah hari ini aku menjaga tangan ini dari perbuatan kotor? Sudahkah hari ini aku menjaga kaki dari perjalanan maksiat, lalu aku bawa ke jalan yang diridloi-Nya? Sudahkah hari ini aku membawa anggota badan ini kepada kebaikan? Sudahkah hari ini aku menjaga hati ini dari dari sifat nista, selalu bersu’udzhon kepada orang lain dan menjadikannya selalu berfikir fositif? Sudahkah hari ini aku menyedekahkan sebagian hartaku yang mana di dalamnya ada hak-hak orang faqir miskin? Sudahkah hari ini aku bermunajat dan memohon maghfiroh kepada Alloh dari segala dosa yang telah aku perbuat? Sudahkah hari ini aku mengamalkan ilmuku? Sudahkah hari ini aku mengevaluasi sumua apa yang ku kerjakan hari ini dan bergunakah untuk diriku dan orang lain? Sudahkah hari ini aku membersihkan kotoran baik dhohir dan bathin? Sudahkah hari ini aku mengiingat akan Alloh? Sudahkah hari ini aku berbuat kebajikan pada orang lain? Sudahkah hari ini aku berriadloh jasmani dan rohani? Sudahkah hari ini aku muroja’ah mengulang semua kebaikan yang ku kerjakan hari ini dan ku kerjakan hari esok? Klo emang belum, kapan lagi aku harus mengerjakannya, padahal aku sadar dan aku tau bahwa menunda-nunda kebaikan itu tidak baik. Dan kalau pekerjaan hari ini masih mau aku tunda sampai hari esok, kapan jatah pekerjakan untuk hari esok bisa aku kerjakan? Ale Manshur...